February 19, 2018

Lika-Liku Anak Pesantren

- 0 komentar
Waktu terasa semakin berlalu, tinggalkan cerita tentang kita
Yeah.
Selama 6 tahun, aku mengenyam pendidikan di pesantren yang bagiku merupakan pengalaman yang luar biasa absurd dan luar biasa indah. Bagaimana tidak? di pesantren aku bisa melakukan apa yang tidak dilakukan di sekolah negri. Misal, ngaji di kelas, makan pas pelajaran (astaghfirullah aib ngapa ditulis dap!), tidur bareng, makan bareng tiga kali sehari, belajar bareng sampe pagi, ngaji bareng, loncat dari loteng lantai 3 masjid trus langsung dibawa ke rumah sakit (ga ding, ini hanya dilakukan oleh adek kelas yg sudah berpengalaman dan akhirnya di DO dari pesantren wkwk)

Nah, kali ini aku akan membahas tentang pengalaman jadi anak pesantren, apa saja yang telah aku rasakan dan aku dapatkan selama menjadi anak pesantren. Ada suka, duka, canda, tawa, nangis, pengalaman manis&pahit daaan absurd. Lengkap dah.

Di pesantren, aku diajari untuk bangun pagi, sebelum subuh, jam 3an, masih ileran udah dipaksa  bangun, masih mimpi indah ketemu doi dikagetkan dengan teriakan ustadzah atau kakak kelas "AYOO BANGUN BANGUN SEMUA, DAFFA BANGUN AYO!" sambil getok getok dipan. Ahh menghancurkan mimpi indahku saja -,- Oke, aku bangun dengan kesadaran tidak normal, langsung ambil air wudhu, sholat tahajud dan ngaji sampe subuh sambil ngantuk-ngantuk. Ya Rabb.
Dan setelah subuh, gabole tidur pagi. Fyi, tidur pagi itu menghambat rezeki dan tidak bagus untuk kesehatan tubuh. Solusinya biar ga tidur pagi, selepas sholat subuh, jangan balik ke kasur , kasur itu punya daya tarik yang kuat untuk tidur dan bermalas-malasan. Jadi, kalo di pesantren, aku ngobrol atau ngemil dan ngopi pagi-pagi biar ga ngantuk.

Oke, then
Di pesantren, sukak banget ama yang namanya begadang. Ya walau udah dikasih jam tidur, harus tidur jam 10 malem. Tetep aja hehe. Yang dilakukan oleh anak pesantren kalo begadang ada 4 macam orang. Yang pertama, begadang karena belajar, ini nih yang dilakukan oleh orang orang pintar nan rajin, tengah malem masih aja di kelas. Yang kedua, begadang karena asyik ngobrol, asyik curhat, sambil ngemil, atau masak masak sampe lupa waktu, ketawa-ketawa sampe bangunin orang tidur -sungguh ini ketawa tak berdosa. Yang ketiga, begadang karena ngaji, ini nih yang MasyaAllah banget, karena pas jaman SMA, pesantrenku pesantren tahfidzul Qur'an, maka orang tipe begadang yang seperti ini yang idaman, ngaji untuk setoran hafalan keesokan paginya, atau karena lagi ujian tahfidz, dijamin deh kalo lagi ujian tahfidz, kemana-mana bawa qur'an, pagi siang sore malem ngaji terus (ah rindu :"). Yang keempat, begadang karena jaga malam, jadi emang ga tidur, jaga nya berkelompok, ramean, yaah brisik wkwk.
Alhamdulillah aku pernah merasakan keempat tipe orang begadang diatas :)


Trus, kabur
Sebenernya kaburnya biasa aja si, cuma menjadi luar biasa jika kabur ini terjadi di pesantren, ada banyak alasan kenapa kabur, bisa jadi karena ga betah, bisa jadi karena pengin jajan di luar, bisajadi pengen main main di luar karena bosan di pesantren, nah aku pernah nih, bareng temen-temen, karena libur pengen main ke kota tetangga, jogja. Sebenernya bukan kabur sih namanya, karena kita izin ke petinggi petinggi pesantren dan diizinkan. Tapi, ketika di perjalanan, kita dapet kabar kalo kita dianggep kabur, info itu udah nyebar kemana mana, sampe wali kita tau, yah padahal ga kabur kan. Namanya juga udah izin. Entah mungkin ada yang mengkambing hitamkan di belakang ini semua :v
Tapi kita tetep melanjutkan perjalanan dengan senang hati, walau pesantren lagi panas info kalo kita kabur :v bodo amat yang penting kita bahagia.
Walau sebenernya kita deg degan sih. Tapi ketika balik pesantren, kita menyelesaikan permasalahan ini dengan air mata tabayyun, menyelesaikan dengan dewasa dan baik-baik. Iya, masalah udah selesai dengan baik-baik. Tapi nama nama kita, dianggap menjadi tidak baik karena masalah bukan kabur itu. Ahsudahlah.

Trus, nah aku keinget
Paling suka itu kalo liburan, yaaa liburan cuma sehari sih tapi berharga banget, entah kenapa rasanya santai banget, kalo libur rasanya beban sepekan itu hilang, kalo liburan sering kupakai buat bersih-bersih, tidur, dan ngaji (mengulang hafalan) azeeq. Pesantren juga mengizinkan setiap sebulan sekali boleh pergi keluar jalan-jalan, terserah kemana asal gabole sendiri, harus didampingi wali atau teman.
Ada lagi, paling seneng itu kalo udah dijenguk orang tua atau kakak. Namanya anak pesantren kan jarang ketemu ortu :( sekali ketemu seneeeeeng bangett asli. Selain dapet makanan, duit bulanan jadi nambah hehe. Hidup di pesantren kita dituntut untuk bersabar, sabar dalam segala hal, sabar nahan pengen pulang karena rindu rumah, sabar ngadepin temen-temen dengan berbagai sifat, sabar nunggu jodoh, sabar ngadepin guru-guru yang kurang disukai, sabar ngantri mandi ehehe, sabar nahan ga jajan kalo duit belom dikirim, sabar kalo hafalan ga lancar-lancar, sabar nunggu bakso bakar Bang Jek :v dan sabar sabar lainnya.

Rindu tau ga :(

Di pesantren telah mengajarkanku bagaimana menjadi pribadi yang produktif dan disiplin me menej waktu, kapan aku belajar, kapan aku menghafal qur'an, kapan aku baca buku, kapan aku ngobrol, kapan aku main.  Dunia pesantren telah memberiku banyak pengalaman yang berharga, yang mungkin tidak akan kudapatkan ketika aku keluar dari pesantren. Kenangan kenangan selama di pesantren telah kuabadikan dalam buku diary, ada sekitar mungkin lebih dari sepuluh buku yang udah penuh coretan-coretan absurdku selama nyantren SMP&SMA.

Ada banyak sekali kejadian kejadian konyol, mengharukan, dan menyenangkan di pesantren.
Temen temen yang luar biasa membangun kebersamaan, tetep solid sampe kapanpun dah. Kangen kalian :*
Juga ustadz & ustadzah yang luar biasa sabar ngadepin semua santri yang berbeda-beda sifat.
Terima kasih atas kenangan 6 tahun pesantren, aku merindukanmu selalu :)


Ini pengalamanku, apa pengalamanmu
?
[Continue reading...]

February 3, 2018

Sebenarnya, Untuk apa?

- 4 komentar
Setiap orang pasti memiliki tujuan dalam hidupnya, mulai hal-hal kecil sampai hal yang besar. Ada yang mengabdikan dirinya untuk negri sebagai guru di pelosok daerah terpencil, ada yang memutuskan untuk tinggal dan mengurus pesantren, ada yang memutuskan keluar dari pesantren dan mengejar citanya diluar, ada yang bercita cita sebagai dokter, jadi penulis, penyiar radio, insinyur dan lainnya.

Ada begitu banyak duka yang bisa saja hadir dalam hidup kita, ada begitu banyak hambatan yang didatangkan untuk menguji seberapa kuat kita. Dan hal semacam itu telah berperan banyak dalam hidupku. Yang memberiku banyak pelajaran.

Kalo jalan mencapai tujuan lurus-lurus aja, ga akan seru. enakan juga gini, belok-belok. Setiap belokannya memberi kita pelajaran :)

Satu semester yang kujalani di masa kuliah ini memberiku banyak pelajaran, dari mulai pelajaran yang diajarkan dosen sampai pelajaran hidup yang disampaikan semesta untukku. Sejak masih menjalani pendidikan menengah atas aku sudah merencanakan sebuah target besar ketika kuliah nanti. Ya, aku ingin mendapat beasiswa full di kampus (beasiswa hafidz Qur'an)

Ketika menjalani masa penerimaan mahasiswa baru, sebenarnya aku sudah harap-harap cemas karena melihat banyaknya pendaftar melalui jalur ini, jalur Qur'an. Namun, aku yakin saja Allah bakal kasih jalan yang terbaik nantinya. Tapi ternyata, ekspektsiku berbeda dengan kenyataan yang ada. Aku diterima menjadi mahasiswa baru, tanpa beasiswa. Sedih? Pasti dong. Tapi beginilah hidup, ada banyak hal yang tidak kita harapkan sengaja terjadi. Tapi aku tenang-tenang saja. Toh, aku punya Allah yang bisa kugantungi kok.

Padahal harapanku ketika aku bisa mendapat beasiswa full di kampus, setidaknya aku bisa meringankan beban orang tua untuk bayar kuliah, bisa dapat kawan-kawan keren, bisa juga dapat doi kawan yang nyambung untuk diajak diskusi, bisa lebih fokus untuk hal-hal lain, bisa lebih berprestasi, bisa menggapai mimpi lebih mudah karena channel nya gampang kalo untuk anak beasiswa. Ahh tapi ini hanya harapan dan Allah menunjukkan, itu bukan jalan terbaik yang harus kulalui.

Bulan berganti bulan, menjelang akhir semester satu, di pertengahan bulan Desember 2017 lalu. Universitas membuka kembali beasiswa hafidz gelombang 3. Segala perlengkapan berkas sudah kususun dan hafalan juga sudah aku siapkan.

Oke, seleksi pertama, seleksi berkas aku lolos. Aku sangat berharap seleksi kedua nanti aku lolos juga, aku mengikuti beasiswa ini murni keinginanku sendiri, tanpa paksaan orang tua. Aku hanya meminta doa dan pasti orang tua mengharapkan kalo aku lolos beasiswa.

Tapi, untuk yang kedua kalinya.
Ekspektasiku berbeda dengan kenyataan yang ada. Aku gagal untuk yang kedua kalinya. Sedih? Pasti lah. Semangatku mulai mengendur. Aku merasa telah mengecewakan orang-orang terdekatku, terutama orang tua. Ah sudahlah. Mau bagaimana lagi, ternyata Allah menunjukkan, itu bukan jalan terbaik yang harus kulalui.

Dengan tidak diterimanya beasiswa, aku jadi mendapat banyak hikmah yang mungkin ga bakal kudapatkan jika aku diterima beasiswa. Yang pertama, betapa aku masih sangat jauh dari kata ikhlas. Seperti yang disampaikan salah satu hijaber terkemuka di Indonesia, ketika kita berdoa, harusnya kita menggabungkan antara harapan dan keikhlasan. Betapa seringnya kita meminta pada Allah, lalu menggantungkan harapan kita kepadaNya, tapi ketika pinta kita belum diwujudkan kita masih ngeyel. Masih menganggap hal yang kita harapkan itu baik bagi kita. Kita jadi lupa firmanNya 'asaa an tuhibbu syaian wa huwa syarrun lakum. Boleh jadi, kalian mencintai sesuatu, padahal hal itu buruk bagi kalian.

Yang kedua, pasti Allah memberikan beasiswa ini kepada orang yang lebih membutuhkan daripada aku. Dan pastinya, orang tuaku akan dicukupkan rezekinya oleh Allah untuk bisa membiayai aku kuliah disini. Satu hal yang aku yakini adalah bahwa Allah ga salah kok ngasih rezeki. Semua adil!

Yang aku takutkan, adalah melencengnya niatku. Sebenarnya, untuk apa aku hafal Qur'an? Untuk meraih Ridho Allah atau untuk mengejar beasiswa? Astaghfirullah, aku merasa bersalah. Tapi dengan tidak diterima beasiswa, semoga Allah masih menjaga niatku hanya untukNya.
Bisa jadi, ketika misal diterima beasiswa, aku jadi sombong, terbang, tidak rendah hati, melupakan karunia yang teramat besar, menjadi tidak bersyukur. Ahh betapa baiknya Allah masih menjagaku tidak melakukan keburukan itu.

Ga dapet beasiswa pun aku punya kawan-kawan keren, mereka yang berprestasi, yang asik diajak diskusi, yang punya wawasan luas tentang dunia, yang selalu support, kawan sejatikuh aahh pokoknya aku cinta kalian :*

Aku jadi mengerti bahwa, tidak semua apa yang kita inginkan itu menjadi kenyataan, Allah menguji dengan kegagalan-kegagalan. Allah menginginkan kita untuk tidak berhenti berdoa, dan ketika doa tidak kunjung dikabulkan, coba periksa hati kita, sudahkah ikhlas? sudahkah bersih dari tujuan tujuan yang melenceng?
Dan yang terakhir, yakinlah bahwa ketika doa tak kunjung dikabulkan sesuai dengan yang kita inginkan, Allah pasti akan mengabulkan yang terbaik menurutNya, Allah akan memberi jalan-jalan lain yang terbaik untuk hidup kita, Allah membuka pilihan-pilihan lain yang sesuai dengan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.


Rumah, 2 Februari 2018

[Continue reading...]
 
Copyright © . Daffa's Journal - Posts · Comments
Daffa Najati -Mahasiswi Ilmu Komunikasi ·