May 29, 2016

Padamu Kutitipkan

- 0 komentar
Padamu kutitipkan alasan, mengapa aku terlambat untuk mengungkapnya?
karena aku tak ingin kamu terlalu dalam memberikan harapan manis sebelum waktu yang tepat. Aku hanya tak ingin kamu menggantungiku terlalu lama, maka jangan pernah beri aku harapan meski aku bahagia karenanya.

Namun suatu saat,

Padamu kutitipkan harapan untuk kesana, membelah bumi berkelana ke setiap sudut tempat, menjelajah ke ujung dunia, menemukan hal baru yang menawan, tak peduli seberapa jauh tempat itu, tak peduli sebanyak apa aral melintang, tak masalah dengan segala keputusan yang membingungkan, karena padamu aku percaya, padamu aku kan selalu bersama kisahmu, bahwa  kamu akan selalu bersamaku, menjagaku dengan segenap cinta dan kasih.

Padamu kutitipkan malam, kau tau? Malam ini begitu menawan, menarik hati seseorang untuk terus memandang bentangan langit, maka aku pernah berjanji pada malam, untuk selalu melewatinya dengan tenang, menyambut hari esok dengan senyuman, menorehkan rasa pada untai tulisan, yang kelak akan kuberikan padamu, sebagai bukti betapa hebatnya rinduku padamu.

Padamu kutitipkan janji, akan kesejatian hidup yang sesungguhnya, mendekap erat setiap untai kata-kata bijak nan romantis, hanya satu-satunya tujuan untuk terus percaya, tak ada pengkhianatan, tak ada kebohongan di balik topeng. Karena janjimu adalah ikatan suci yang tak bisa semua orang dapatkan, hanya seorang saja yang bisa menyambut ikhlas diriku, hanya seorang saja yang berani membujuk orangtua untuk membawaku. Ya, hanya seorang.
Seorang itu semoga adalah kamu.


Karanganyar, 30 Mei 2016
00:01 am


[Continue reading...]

May 28, 2016

Senja Kini

- 2 komentar
Senja kini menjadi saksi atas segalanya,
Senja kini menjadi sendu karenanya,
Senja membawa kehangatan rindu yang tengah menjadi abu

"Aku harap kamu bisa menerimanya, sobat" Pelan, lelaki dihadapannya berusaha menenangkan diri, meski tak tahu apa yang hendak dibicarakan, hanya terdengar helaan napas pelan disana.

"Perempuan memang selalu butuh kepastian dan paling tidak suka digantungkan"
Diam, lelaki dihadapannya mencoba mencerna apa yang dikatakan dan mulai mengerti arah pembicaraan. Namun, keadaannya masih tenang, seperti semula.

"Perempuan mana saja selalu butuh itu, sekali saja kamu terlambat dan terlalu lama menggantungkannya, Ia akan lekas diambil oleh orang lain.."
Lelaki itu masih terdiam dan menunduk. Ia kini tahu betul arah pembicaraan ini, yang ada di pikirannya kini adalah perempuan itu. Perempuan hafidzah, penulis buku, dan baru saja menyelesaikan kuliah fakultas Kedokteran Psikologi, Universitas Sebelas Maret. Perempuan yang kurang lebih tujuh tahun ia gantungkan perasaanya. Tak ada kepastian dari lelaki itu, meski sebenarnya lelaki itu memendam dalam-dalam rasa itu sejak lama, menyimpan rapat-rapat dan akan ia ungkapkan kelak jika  waktu berkehendak.

"Seperti halnya perempuan itu, sobat"
Tepat sasaran lelaki itu. Namun, sikapnya masih tenang, terdiam dan menunduk. Menunggu kata-kata menyayat hati yang akan dilontarkan lagi. Sebisa mungkin ia menyembunyikan kekecewaan yang amat mendalam.

"Baru saja aku mendapat kabar, bahwa perempuan itu telah dilamar"
Diam, satu, dua detik berlalu. Remuk sekali yang dirasakan lelaki itu. Hancur. Retak. Pupus sudah rencana yang akan dia ambil.

"Dengan siapa?" Lelaki itu berusaha kuat untuk berani menanyakan, lirih sekali, mencoba mengangkat kepalanya pelan, menghadap sahabat didepannya.

"Teman satu fakultasnya, atau lebih tepat teman masa kecilnya"
Remuk, benar-benar remuk. Ia tahu pasti lelaki yang melamar perempuan itu. Dulu, ia pernah bercerita tentangnya, bercerita detil tentangnya, perempuan itu hanya menganggapnya sebagai kawan kecil yang sangat baik.
Kini, lumpuh sudah semua rencananya, rencana yang akan dia lakukan sehari mendatang. Mendatangi rumah perempuan itu, dengan segala kerendahan hati untuk meminta putri yang tengah beranjak dewasa itu, kini pupus sudah keberanian yang ia susun bertahun-tahun terakhir.
Hari ini. Kabar itu. Telak sudah. Hancur sudah.
Sahabatnya mengerti betul apa yang dirasakan lelaki itu

"Sabar, sobat" Sahabatnya menguatkan, merangkul kedamaian pada lelaki itu
"Akan ada yang lebih baik darinya, sob.. Berharaplah hanya pada Allah"
Lelaki itu kencang merangkul sahabatnya. Tak kuasa. Satu tetes bulir air mata mengalir dipipinya

Di lain sisi
Sama halnya dengan perempuan itu, sama remuknya dengan lelaki itu. Perempuan itu diam-diam masih saja menyimpan harapan indah bersama lelaki yang dicintainya itu, masih menyimpan perasaan yang sama seperti tujuh tahun lalu. Meski ia tak tahu , kapan kepastian itu datang kepadanya.
Lalu, bagaimana ia akan menolak lamaran teman masa kecilnya itu? teman seperjuangannya itu? yang telah mencintainya? yang telah memperjuangkannya? dan yang telah memberi kepastian padanya?

Kini,
perempuan itu bimbang atas perasaanya
dan istikharah itu satu-satunya jalan 
[Continue reading...]

Kamu

- 0 komentar
Aku, hanya berani menulis kata-kata dalam buku harian. Memendam perasaan lewat puisi-puisi. Berharap esok lusa kamu akan membacanya
Kamu.

Aku hanya mencontohmu dari kejauhan, tanpa kamu tahu, bahwa kebaikanmu terus mengalir

Aku hanya dapat membaca tulisan-tulisan indahmu disana, bukan di bukumu, namun di media yang terjangkau oleh mata. Tanpa kamu sadari aku mengagumimu dalam kesunyian, dari kata-kata aku merasa tersihir dan dari kata-kata pula aku tahu gerangan apa yang sedang menimpamu.
Aku tahu segala gudang prestasi yang telah kamu renggut
Aku tahu semua target yang akan kamu buktikan
untuk sekedar tahu saja aku sudah bahagia

Aku hanya bertahan mematung ditempat, menatapmu dari kejauhan, memastikan kamu bahagia dan baik-baik saja. Tanpa kamu tahu bahwa ada seorang aku yang sedang memperhatikan. Ada seorang aku yang diam diam tajam memantaumu dari kejauhan.

Kamu.

Aku hanya mampu mencurahkan segala rasa ini padaNya, hanya mampu menyebut namamu dalam setiap untai do'aku, hanya mampu mendo'akanmu di setiap sujud panjang malamku, hanya berharap Allah mengabulkan bisikan-bisikan sederhanaku untuk kebaikanmu, untukmu agar selalu taat padaNya, untuk harapan-harapanmu dan semoga untuk kebaikan pertemuan kita kelak
[Continue reading...]

BE A HAFIDZAH!!!

- 0 komentar
Tujuan yang sama, akan mempertemukan orang-orang dalam perjalanan 

Begitulah kata-kata Mas Kurniawan Gunadi dalam bukunya yang gue lahap beberapa hari yang lalu. Iya yah, memang begitu. Perjalanan dapat mempertemukan orang-orang dengan tujuan yang sama. Sama halnya perjalanan dalam menempuh pendidikan menengah atas ini. Gue dipertemukan dengan orang-orang yang benar-benar memiliki tujuan yang sama. Penghafal Qur'an. Insya Allah, hafidzah semua dah yang disini

Pas tanggal 2 Mei 2016. Hari senin. Tepatnya, sore bakda ashar, pesantren kami mewajibkan ngomong pake bahasa arab/inggris, hanya di hari senin dan kamis saja. Tapi karena gue nggak bisa and nggak mood pake bahasa, gue memutuskan buat ngelakuin akal yang baru gue pikirin.
Ketika Ustadzah (Musyrifah tahfidz) datang, tepat pas gue jalan turun tangga, Lana -temen sekelas gue- jalan bareng. Dia se-halaqah bareng gue. Akhirnya, kita bareng dateng ke sana, tempat dimana halaqah gue dibuka, jadi pas kita jalan bareng, kita punya tujuan yang sama. Yakni, kumpul halaqah.
Gue dengan bisik-bisik pake bahasa indonesia ke dekat telinga Lana, ngajak dia buat ngobrol biar nggak garing-garing banget sore itu. Gue bisik-bisik ke dia,  takutnya ketahuan sama Bagian Bahasa kalau gue ngomong keras bagai pake toa masjid, bisa kena 'iqob ntar gue -_- *berabe ntar jadinya, gue bisa dihukum pidato pake bahasa, atau ngajar adek kelas mufradat (kosa kata bahasa), atau ngafalin kosakata baru, walah pokoknya nggak enak banget.
"Lan, ke masjid bawah yok, kita ngobrol disana, iseng-iseng cari angin gitu" ajak gue santai tapi pelan,
pas halaqah udah dibuka, kebetulan kita suruh simak-simakan. Ustadzah mau nyimak temen gue yang Juziyah dan bagi gue simak-simakan itu berarti GAK SETOR! dan Ustadzah udah paham banget sama tabiat buruk  gue itu.
"Ayook daff. Oke oke" kata Lana dengan mata berbinar dan jingkrak-jingkrak menerima ajakan nggak bener gue itu
kayaknya ni anak seneng banget diajak ngobrol sama gue :p
Setelah gue  dan yang lain salim dan pamit sama Ustadzah, kecuali yang Juziyah, gue langsung cabut ngeluyur ke masjid bawah bareng Lana, gue bawa buku jurnal, kali ini warna hijau, habisnya buku jurnal gue macem-macem warnanya, udah penuh dengan coretan  dan tuebel-tuebel lagi. Itupun buku hijau yang dikasih sama sobat gue, si jenius Sanggita Istijanha :) dan bagi gue buku itu temen curhat paling setia yang udah gue jadiin pelampiasan perasaan gue :v

Oke, kita berdua udah sampe masjid bawah, awalnya kita memilih buat duduk di serambi kanan masjid, tapi gegara panas kena sinar matahari sore, kita pindah ke serambi kirinya pas itu ada dua santriwan lagi bantu bangun rumah Ustadz keliatan dari kejauhan, tapi gue nggak peduli
Kita memilih masjid bawah karena disitu jarang ada orang lewat, aman kan kalau mau ngobrol pake bahasa indonesia sepuasnya, nggak ketahuan gitu :p
"Daff, kamu kasih nasehat ngafal kek buat aku, kamu kan udah selesai"
pas itu gue nggak memperhatikan Lana ngomong apa
"Eh, apa lan? ngajiku sekarang?" gue malah tanya nggak penting --"
"Hish! bukan! dulu itu loh, kamu ngafalnya gimana? kok bisa sampe selesai cepet gitu?" dengan sabar Lana ngomong pake logat kental solonya yang lembut
"Hmm.. aku?"
Gue mikir bentar, nyusun kata-kata yang pas, satu dua detik berlalu, gue masih mikir
"Ya gitu deh, Lan. Kaya yang aku ceritain ke temen-temen, masing-masing punya cara sendiri buat ngafal yang enak. Sebisa mungkin aku ngebuat ngafal Qur'an itu menjadi sesuatu yang menenangkan. Artinya, aku tetep enjoy aja, nggak usah terlalu sepaneng mikir keras dan nggak usah pake khawatir nggak nyampe target.
Aku  jarang ngafalin hafalan baru pas malem, aku nyari waktu sepi pas tengah malem.. disaat temen-temen yang lain udah pada balek kamar, aku cuma baca-baca lembar yang bakal kusetorin besok pagi, cuma ngaji dan bukan ngafal loh ya, kamu bisa bedain kan? Palingan juga cuma kubaca 10-belasan kali lah. Habis itu langsung wudhu dan tidur, nggak usah pake ngobrol ngalor-ngidul segala. Dan memang pas tidur itu otak bisa merangsang apa yang dilakukan atau dipikirkan sebelum tidur, jadi kalo baca lembaran Qur'an diulang-ulang sebelum tidur, bisa lengket tuh dipikiran"

Lana ngangguk-ngangguk sambil nulis sesuatu
Gue malah ngerasa kek lagi diwawancarai
"Lha terus paginya? emang nggak keburu-buru?"  Lana tanya
"Nah itu, aku nggak mau setan masuk dalam diri dengan keburu-buru itu, tetep santai aja. Kamu tau kan lan, aku kadang bangun mepet shubuh. Ya mau nggak mau aku ngafal bakda shubuh, sampe Ustadzah dateng dan kumpul halaqah pun aku masih sibuk ngelancarin dan aku yang setor terkahiran. Kecuali kalau aku bangun tahajjud, itu beda lagi, aku mulai ngafal disitu. Malah Insya Allah lebih gampang kalau di waktu tahajjud, Lan" gue nyengir, flashback masa masa itu :)
Lana manggut-manggut polos,
"Biasanya dapet berapa daff?"
"Selembar doang"
"Berapa menit ngafal selembar itu pas pagi?"
"duapuluh menitan lah"
Tuh kan, wawancara beneran :p

"Kamu coba aja pake caraku, Lan. Insya Allah bisa. Asal kamu punya keyakinan kuat buat ngafal, Allah bakal membimbing. Minta sama Dia, minta apa aja yang kamu butuhkan. Dia bakal ngasih" dia ngangguk-ngangguk masih dengan buku dan pulpennya.
"Trus kalau kamu futur?"
"Hmm... futur itu biasa lan, tapi mundur itu yang nggak biasa. Pas futur itu sering-sering muhasabah aja, pake nangis malah lebih kerasa. Gak papa. Nangis buat perubahan nggak salah kan?"
aku membenarkan posisi duduk biar pewe, sore itu rada mendungan, hampir hujan. Langit Karanganyar memang selalu indah dan selalu bikin betah buat liat langit terus, beneran.
"Aku jadi dapet banyak pelajaran daff" dia tersenyum, gue cuma nyengir, gue yakin dia pasti lumayan tersadarkan, gue cuma pengen bisa bermanfaat bagi orang lain, menjadi sebaik-baik manusia (khairunnas yanfa'uhum linnas)
"Aku sebel kalau nggak nyantol-nyantol hafalan daff, bikin aku males"
dia menggerutu, gue biarin aja dia curhat sepuasnya, toh dengan curhat hati pasti bakal lebih enakan kondisinya, lebih rileks dan setidaknya beban serasa berkurang.
"Sama aku juga gitu kok lan, kadang-kadang doang sih. Hmmm.. gini, perbaiki diri, mungkin masih ada yang keliru, jangan pernah ragu-ragu, kita juga kudu punya target. Target hafalan, target harian, target ke depan, target nikah dan segala macam target lainnya. Target itu harus ditulis jangan cuma bertengger di pikiran. Tulis sebanyak-banyaknya. Semampumu saja, dan jangan pernah ragu buat menuliskannya. Kalo langkah pertama sudah ragu, bagaimana langkah-langkah selanjutnya? Target itu langkah pertama lan, harus terus diupayakan"
Gue meyakinkan dia, gue berharap semoga dia bisa terus tercerahkan dan bisa lebih semangat ngafal.
Gue diam, kita berdua diam agak lama, gue lalu sibuk nulis dibuku yang gue bawa.
"Insya Allah deh daff, aku jadi dapet pencerahan"
"Oke sip, aku yakin kamu bisa kok lan. Semangat dong!" kata gue sambil menepuk nepuk pundaknya
"Oke, aku kudu nyoba" kata dia bersemangat dan bergairah
"Nah ya itu.." Gue tersenyum
*** 
Ketika gue sibuk nulis
"Daff, kita diskusi tentang masalah anak dan rumah tangga yok!" 
Gue tercengang, Menatap Lana dengan kepolosannya. Untuk bagian ini bukan waktu yang tepat buat gue ceritain sekarang.
***
Benar saja
Lana mencobanya
pagi-pagi buta, ketika gue baru saja bangun dari lelapan mimpi. Belum shubuh *syukurlah
Ketika Lana masuk kamar sebelah (kamar gue) minta minum
"Alhamdulillah daff, udah dapet selembar"
Gue, karena masih mengembalikan nyawa, setengah sadar setengah gila
Gue cuma nyengir, Gak ngerti maksudnya
"Jazakillah ya daff"
"Iya, Lan" Gue iya-in aja dia

Benar, tujuan yang sama akan mempertemukan orang-orang dalam perjalanan
TO BE A HAFIDZAH!! KEEP CALM, SIST
[Continue reading...]
 
Copyright © . Daffa's Journal - Posts · Comments
Daffa Najati -Mahasiswi Ilmu Komunikasi ·