November 17, 2021

November Rain

- 0 komentar
Jogja, di bulan november
memasuki pertengahan bulan.

Hujan. Berantakan. Remuk berkeping-keping.
Meski bisa betahan, namun bukan sesuatu yang mudah dilakukan
Tidak sesederhana itu, 
bahkan rasanya, tidak mampu lagi

Tapi, apa boleh buat
Jika tidak bertahan, kesia-sia-an itu akan hadir
Penyesalan akan terus ada
Juga, menjadi pengecut untuk diri sendiri

Tidak apa untuk merasa tidak baik-baik saja
Menangislah jika perlu menangis
Marahlah jika perlu marah
Tidak ada yang salah dengan itu
Karena, emosi ada bukan untuk disembunyikan

Ingatlah bahwa, apapun yang kamu rasakan
Pengkhianatan, kegagalan, kesedihan, jatuh, kecewa,
itu bukan suatu yang kekal

Maka, sedikit lagi
bertahanlah untuk hal-hal kecil
meski kamu, belum bisa berterimakasih untuk dirimu sendiri

Jogja, kemarin sore :)




[Continue reading...]

November 13, 2021

5 Hari 4 Malam bersama Rinjani Part I

- 0 komentar


Bulan Juni lalu, tepat di tanggal 16. Aku terbang ke Lombok dari Surabaya, seorang diri. Tujuan utama aku ke lombok itu buat ndaki gunung. Ya, atap NTB. Gunung Rinjani, yang ada di ketinggian 3.726 mdpl. Rencana ini sudah diniatkan sejak tahun lalu bersama kawan-kawan sependakianku, tapi baru bisa terlaksana di tahun ini, dan sedihnya beberapa dari mereka mendadak gabisa ikut terbang ke Lombok karena ada beberapa hal yang gabisa ditinggal. Makanya, aku terbang sendiri kesana. Dan di Lombok, aku punya 2 kawan sependakian untuk direpotkan selama kurang lebih 3 minggu hahaha. 


Pengalaman naik gunung rinjani bakal jadi cerita yang gapernah bisa kulupakan, sampai kapanpun. 5 hari 4 malam merupakan rekor terlamaku sejauh ini aku menjelajah gunung. Ga mudah, tapi aku bisa berhasil mencapai puncak atap tertinggi NTB yang sekaligus termasuk salah satu Seven Summits Indonesia, puncak tertinggi di Indonesia.


Kami beranggotakan 8 orang dalam satu tim. 2 perempuan dan 6 laki-laki. Ya, lagi-lagi aku jadi yang termuda diantara mereka, tapi justru itu sangat membantuku. Sebenarnya, aku belum sepenuhnya mengenal mereka, karena beberapa orang baru kutemui ketika aku sampai di Lombok. Tapi tak apa, nanti juga bakal kenal dan bakal jadi teman. 


Kami naik lewat jalur Sembalun dan turun jalur Torean. Lintas jalur, sekalian menjelajah semua yang ada di rinjani, dari mulai puncak, danau segara anak, goa susu, sumber air panas, dan juga air terjun. Kami datangi semua itu. Pegelnya jangan ditanya, lutut berasa copot di hari ketiga. 


Tepat tanggal 21 Juni 2021, senin sore. Kami berangkat diantar papuk (kakek) dari salah satu rekan pendakianku naik mobil pick up. Semua perlengkapan sudah kami siapkan dari jauh-jauh hari, logistik, perlengkapan pribadi, dan perlengkapan tim. Mengingat gunung yang akan didaki adalah rinjani, kami harus lebih matang mempersiapkan semua hal, apalagi ga nyewa porter. Jadi semua persiapan dan perlengkapan murni dari kita harus benar-benar lengkap.


Oke lesgoo, kami berangkat dari Pemenang, Lombok Utara menuju Sembalun, Lombok Timur. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 2 jam lamanya. Kami sampai tepat adzan maghrib berkumandang. Segera kami menaruh carrier di gazebo resort sembalun, yang disayangkan dari resort ini adalah tidak menyediakan tempat untuk bermalam di dalam ruangan. Jadi mau gamau kami bermalam di gazebo-gazebo yang ada disana. GILAK! DINGIN BANGET TIDUR DI GAZEBO TERBUKA BEGITU. dan aku ga berhasil tidur nyenyak di gazebo terbuka itu, berkali-kali kebangun karena dinginnya melebihi dingin di gunung aslinya. Padahal udah pake kaos kaki double, jaket, dan sleeping bag, tapi tetep aja dinginnya nembus to the bone. 


Akhirnya pagi tiba, beberapa kawan cari sarapan di warung-warung dekat resort, beberapa yang lain mengemas kembali barang-barang bawaan, aku ikut bantu bikin kopi & susu. Buat anget-anget. Setelah sarapan, kami registrasi. Dan kami beranjak dari resort ke gerbang pendakian naik mobil pick up, karena kalo jalan kaki. Jauh boss.


nah ini poto sebelum naik pick up, tu keliatan kan gazebo-gazebo tempat kita tidur

Sampe gerbang, kami berdoa dulu. Bareng-bareng. Agar pendakian ini lancar dan bisa kembali dengan selamat. Kami punya yel-yel kocak gajelas dan gabisa ditulis, jadi lanjuttt. Kami mulai jalan beriringan. Tapi baru 15 menit jalan agak nanjak, tiba-tiba kepalaku kliyengan, pusing, gabisa atur napas, mungkin karena efek aku lagi datang bulan, atau tadi malem kurang istirahat, atau karena udah setaun lamanya aku ga ndaki gunung karena pandemi. Entah. Tapi rasanya pas itu bener-bener aku kaya ga sanggup buat lanjut dan pengen balik ke rumah temen. Aku akhirnya ngasih tau ke 2 temenku, Sulfan & Yuda, kalau aku tiba-tiba pengen pingsan karena bener-bener sepusing itu. Kami berhenti. Beberapa yang lain udah lanjut di depan. Untungnya mereka berdua bisa ngerti dan aku tau mereka khawatir. Disisi lain aku juga gamau ngerepotin mereka dengan kondisiku yang begini. Akhirnya, karena deket situ ada tukang ojek. Aku disuruh naik ojek aja sampe pos 2 daripada aku balik ke rumah. Oke, aku iyain saran mereka. 


Untuk sampe di pos 2 dengan ojek, kira-kira butuh waktu sekitar 20-30 menit. Agak serem si soalnya yaa taulah jalur gunung gimana dan pake motor ojek. Tarifnya 100rb, gapapalah itung-itung bantu perekonomian warga yekan.


Sampe di pos 2, aku cari gazebo buat istirahat dan naruh 2 tas keril yang dibawa pake ojek. Aku tidur di gazebo itu sambil nunggu temen-temen lain yang jalan dari gerbang sampe pos 2. Di pos itu, ada banyak pendaki yang datang dan pergi, karena pos itu lumayan luas dan masih ada orang jualan cilok. Sinyal 4G juga masih nyangkut di pos 2. Jadi rame. Beberapa saat kemudian, aku kebangun gegara Mba Ria, naik ojek juga. Haha. Cewe-cewe pada naik ojek nih. 


Sekitar jam 11an, satu persatu rekan pendakian sampe di pos 2. Kondisiku berangsur membaik setelah tidur lumayan lama. Kami berkumpul dan cari sumber air di dekat pos buat wudhu dan buang air kecil. Selepas ngemil & sholat dhuhur, kami melanjutkan perjalanan ke pos 3. Kabut mulai turun, yang tadinya cerah jadi mendung. Tapi kami tetap melanjutkan perjalanan. Jalur menuju pos 3 masih sabana luas dan terus nanjak, karena aku belum betul-betul fit, kadang tas kerilku dibawa Yuda atau Sulfan biar perjalanan jadi lebih cepat. Di perjalanan menuju pos 3 ini, tiba-tiba hujan cukup deras, kami segera memakai jas hujan dan tetap melanjutkan perjalanan meski basah-basahan.


Sampai di pos 3 sekitar jam 15.14 WITA. Disana ada bangunan beratap yang setidaknya bisa untuk berlindung kalau-kalau hujan turun lagi. Beberapa tas keril basah kuyup yang artinya, barang-barang didalamnya juga ikut basah, termasuk tenda dan baju ganti. Jadilah semua peralatan dikeluarkan dari tas biar bisa kering, kami jemur apa yang bisa dijemur. Niatnya, kami mau lanjut ke pos 4 dan plawangan di hari itu juga, tapi ada beberapa yang ga setuju termasuk aku. Karena aku paling gabisa buat perjalanan malam dan bisa aja hujan turun lagi, itu sangat beresiko. Akhirnya kami menginap semalam di pos 3,  diantara tebing-tebing berbatu. Jadi cukup untuk bisa mendirikan tenda tanpa takut kena angin. Kami segera masak untuk makan malam dan bikin minuman-minuman panas buat ngangetin badan. Di pendakian ini, meski beberapa dari mereka baru kukenal, tapi aku bisa menyesuaikan diri, dan udah bisa bercandaan. Tapi yang bikin kesel adalah, mereka sering banget pake bahasa sasak yang aku ga ngerti sama sekali artinya. Huft.


Pagi tiba, hari kedua pendakian. Setelah sarapan kami mengemas barang dan melanjutkan perjalanan ke pos 4. Jam 09.20 WITA kami bergegas, dan sampai di pos 4 jam 10.30 WITA. Kami beristirahat sambil main sama monyet-monyet rinjani yang berkeliaran disitu. 


ini poto di pos 4, alias sebelum naik ke 7 bukit penyesalan. bukit yang seakan gada abis-abisnya

Setelah puas istirahat di pos 4, kami melanjutkan perjalanan ke Plawangan Sembalun, dimana itu adalah pos terakhir sebelum summit ke puncak. Kami memecah tim, biar ada yang sampe duluan dan bisa bangun tenda di plawangan. Sudah pasti aku di tim belakang wkwk, karena yaa.. meski kondisiku udah fit lagi aku tetep lambat dan banyak berhentinya. Gapapa lambat pelan-pelan penting nyampe, dan alhamdulillahnya rekan-rekanku sabarnya minta ampun haha. Setelah melalui bukit yang kaya gada abis-abisnya, kami akhirnya sampai di plawangan jam 14.00 WITA.


Karena plawangan ini luas banget sampe berbukit-bukit jadi banyak tempat strategis buat bangun tenda. Otomatis, plawangan ini rame. Karena banyak orang yang baru turun dari puncak, banyak yang baru sampe kaya kita, dan banyak juga orang yang mau turun ke danau atau turun ke resort sembalun. 


Kami istirahat dan menuju ke tenda kami yang sudah dibangun sama tim depan. Tenda kami bener-bener diujung plawangan, dekat dengan jalur menuju punggungan dan summit. Danau segara anak juga keliatan dari tempat tenda kami, tapi karena udah sore dan ketutup kabut jadi yaah kami hanya menikmati apa yang bisa dinikmati disana. Tentu saja kita ngopi & ngemil sosis goreng sambil join api unggun rombongan lain. Ah nikmat banget rasanya ngopi di ketinggian.


karena gada yang motoin jadi timer aja pake kamera depan xixi

Perjalanan di hari kedua bisa kami lewati dengan baik, malam hari kami tidur cepat. Karena jam 1 malam harus bangun bergegas dan bersiap untuk summit. Selamat tidur semua..


Sampai jumpa di part II  :)



[Continue reading...]

November 6, 2021

Nonton Anime Sebenernya Buat Apa?

- 2 komentar

Lagi iseng cek timeline twitter trus kebetulan ada question di menfess anime lewat, nama akunnya @animefess_ pertanyaannya kaya gini "kalian kalo nonton anime tuh anggepannya healing, gabut, atau cuma seru-seruan doang?"


Pertanyaan itu cukup menarik buat saya yang baru-baru ini gemar nonton anime dan kadang baca manga. Yaa, kurang lebih dua bulanan lah baru suka anime, dimana dalam dua bulanan itu saya sedang menjalani hidup yang sedang berat-beratnya, sedang diuji dengan berbagai keadaan yang tidak mengenakkan hati dan pikiran. Mungkin bisa dibilang nonton anime buat saya awalnya adalah sebagai pelarian dari hari-hari penat yang saya jalani. Menyenangkan, benar-benar menyenangkan. Padahal bisa dibilang, saya orang yang gasuka nonton film, series, drakor, atau anime sekalipun sebelumnya. paling gabisa diajak ngobrol soal film/drakor/anime karena emang gatau dan ga tertarik sama sekali sebelumnya. Tapi sekarang, anime jadi tontonan favorit saya setiap harinya, di sela-sela kesibukan saya sebagai mahasiswa akhir.


Nonton anime yang awalnya cuma jadi pelarian, sekarang menjadi teman yang menemani hari-hari saya. Anime membantu saya dalam proses healing yang sedang saya jalani. Ya, kalau ditanya nonton anime buat apa. Jawabannya buat healing. Bagi saya, proses menyembuhkan itu banyak caranya, salah satunya yaa nonton apa yang disuka, atau melakukan kegiatan yang bisa bikin bahagia. Karena anime bikin bahagia dan saya suka, maka itu salah satu cara saya untuk menjalani proses healing. Dan terbukti ampuh! Saya bisa jauh lebih bahagia sekarang. 


Mungkin ada yang masih bertanya-tanya maksudnya healing gimana si, menyembuhkan apa, dan apa gunanya healing buat kita?


Sebenernya saya juga ga paham-paham banget makna healing yang sebenernya tu gimana, tapi dari asal katanya yang berarti penyembuhan, tentu ada sesuatu yang harus disembuhkan dalam diri kita. Mungkin ada banyak dari kita yang sedang mendapati tekanan dari kehidupan kita sehari-hari atau sedang mengalami gangguan kecemasan, stres, banyak pikiran, atau lelah melakukan kegiatan yang itu-itu saja dan tidak membuat bahagia. Tentu hal-hal tersebut gapernah bisa lepas dari kehidupan kita kan, fase itu akan terus ada, bahkan kalau kita berusaha pergi dari lingkaran itu, gaakan bisa benar-benar pergi. Karena fase itu udah melekat dengan diri kita, tentunya satu paket dengan jalan keluar yang membahagiakan. 


Mungkin saja healing bisa menjadi fase netral antara tekanan dan kebahagiaan. fase pertengahan yang bisa membawa kita kembali ke tekanan atau bisa dapet kebahagiaan. Tergantung bagaimana kita menjalani proses healing itu kan? Contoh, saya suka nonton anime sebagai healing. Anime ini bisa merugikan saya dan membawa saya ke dalam tekanan lagi kalau saya gabisa bagi waktu untuk melakukan kegiatan sehari-hari atau bahkan bisa melalaikan saya dari kebiasaan-kebiasaan saya, seperti tugas-tugas saya telantarkan karena saya sibuk nonton anime. Alhasil saya bakal tambah tertekan karena waktu healing saya habiskan untuk nonton anime dan ga peduli dengan tanggung jawab diri sendiri. 


Dan healing bisa saja bikin kita dapet kebahagiaan, contoh, saya suka nonton anime sebagai healing. Karena saya menjadikan kegiatan nonton anime sebagai reward untuk diri sendiri setelah melakukan suatu hal, atau menyelesaikan suatu progres. Nah sebagai proses sembuh dari kepenatan dan tekanan itu saya melakukan healing dengan cara saya sendiri. Healing juga bisa menjadi proses seseorang untuk mencharge energi positif dalam diri, bisa juga sebagai proses mengembalikan semangat, karena diri kita tentu butuh refresh yang membahagiakan bukan? 


Masing-masing orang pasti punya cara tersendiri untuk healing. Ada orang yang healingnya pergi jalan-jalan, naik gunung, ada juga orang yang healingnya baca buku, tidur, nonton, atau menulis. Atau apapun caranya selama tidak merugikan orang lain dan diri sendiri ya lakukan saja. 


Sekian! 

Jangan lupa bahagia :))


bonus husbu-husbu saya xixixi




[Continue reading...]
 
Copyright © . Daffa's Journal - Posts · Comments
Daffa Najati -Mahasiswi Ilmu Komunikasi ·