April 25, 2020

Memaknai Corona dari Sudut Pandang Lain

- 0 komentar
Sudah lebih dari satu bulan kita menjalani hari-hari dengan pandemi yang membuat geger seseantero nusantara. Panik, takut, sedih, kehilangan, dan perasaan-perasaan gak mengenakan yang berkumpul jadi satu. Yang kuliah, yang sekolah terpaksa diliburin dan belajar daring. Beberapa pekerja terpaksa #WorkFromHome, namun pekerja lain seperti pekerja lepas terpaksa berhenti dengan gaji yang juga ikut berhenti, pengusaha kehilangan omzet sekian persen sementara masih harus menggaji karyawannya, pekerja harian seperti ojol kehilangan penumpang, pedagang asongan kehilangan pembeli, pengelola wisata terpaksa kehilangan pengunjung. Namun, beberapa dari mereka terpaksa nekat buat tetap keluar rumah demi sesuap nasi untuk keluarga, demi tetap hidup. Mereka sebenarnya takut, tapi lebih takut jika keluarganya gabisa makan. Gak ada pemasukan sementara cicilan tetap jalan. Drastis dan krisis ada dimana-mana.

Tenaga kesehatan yang berjuang di garda paling depan buat ngelawan corona, buat menyembuhkan pasien-pasien terdampak, mereka gabisa pulang ke rumah buat sekedar ketemu langsung anak-anaknya, ketemu orangtuanya, atau saudara-saudaranya. Mereka takut membawa penyakit bagi mereka. Betapa sedihnya.

Keadaan kaya gini gapernah terbayang di pikiran kita sebelumnya, tapi kita jadi tau, bahwa apapun bisa terjadi, tanpa aba-aba, tanpa persiapan yang matang. Tapi yakinlah, kalau Dia ga akan membebani manusia melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Yang itu artinya, kita semua diberi kesanggupan menjalani hari-hari selama pandemi ini.

Corona mengubah segalanya, namun tidak dengan orang-orang baik dengan kekuatannya mengajak orang-orang untuk berbuat baik. Mereka tetap berbuat baik, dengan membantu orang-orang agar tetap bisa bertahan hidup, berbagi sembako, masker, alat pelindung kesehatan dan berbagi pesan positif untuk sesama. Kekuatan dari kesatuan warga net Indonesia untuk melawan corona memang patut untuk diacungi jempol.

Udah ga kehitung berapa banyak berita positif yang pernah aku baca di media sosial selama pandemi ini, yang setidaknya bisa membuat kondisi hati lebih tenang. Walaupun lebih banyak berita yang membuat cemas diri, tapi kita punya pilihan, buat memilah info mana yang berhak kita telan, seleksi konten apa yang bisa kita nikmati dari media sosial. Atau bisa sejenak untuk tidak membuka sosial media, demi ketenangan batin untuk kita sendiri.

Corona tidak selamanya buruk, selama kita memandangnya dengan pemahaman yang baik. Tetap berada dirumah memang sangat membosankan, tapi siapa sangka dengan kita dirumah kita telah menjadi pahlawan yang turut membantu melawan corona. Agar memutus rantai penyebaran dan menjaga orang yang kita sayang.

Apalagi di momen ramadhan seperti sekarang, walaupun rasanya sangat berbeda dengan ramadhan sebelum-sebelumnya. Tapi esensi ramadhan itu sendiri gak akan bisa hilang, mau bagaimanapun keadaannya, ramadhan tetap spesial. Yang biasanya dilakukan bersama-sama di masjid atau diluar sana dan sekarang harus di rumah. Barangkali Allah ingin meningkatkan kualitas ibadah kita, yang biasanya cuma bisa semangat kalau ada teman, menjadi yang bisa semangat walaupun sendirian.
Kita bisa lebih produktif menjalankan target-target ramadhan kita tanpa terganggu kesibukan seperti di hari-hari biasanya.
Kita bisa memperbanyak doa di bulan yang mulia ini, agar pandemi ini cepat pergi, agar segera Allah angkat dari bumi
Kita bisa meluangkan banyak waktu  kita untuk menambah hafalan atau mengulang hafalan
Kita bisa juga mengasah hobi atau kreatifitas di sela-sela mengerjakan tugas kuliah
Dan masih banyak lagi kegiatan positif yang bisa kita lakukan di bulan ramadhan walaupun #dirumahaja

Dengan hadirnya corona kita juga lebih bisa menghargai sebuah pertemuan, yang sebelum-sebelumnya jarang bertemu dengan keluarga, sekarang jadi lebih sering membersamai bapak-ibu dirumah. bisa lebih dekat dengan kakak atau adek.
Yang sebelumnya sering kumpul-kumpul dengan teman-teman, sekarang pertemuan itu menjadi sangat mahal.
Begitu pula bagi tenaga medis yang sangat merindukan untuk bertemu sanak saudara, pertemuan itu menjadi amat langka.
Bagi kita yang dirumah saja, mari manfaatkan sebaik-baiknya momen bersama keluarga. Sebelum nanti kembali ke tanah rantau untuk menimba ilmu, sebelum nanti akan hidup dengan pasangan masing-masing, yang mungkin akan jauh dari orangtua.

Corona mengajarkan kita untuk peduli, dengan lingkungan sekitar kita, dengan tetangga kita, jangan sampai kita hidup serba kecukupan namun tetangga kita menjerit sakit karena tak makan. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk sekitar kita, berbagi makanan, berbagi keceriaan, berbagi hal positif dan mengajak orang untuk berbuat baik.

Yang penting tetap waspada dan ikuti langkah-langkah yang udah dihimbau pemerintah, yakinlah bahwa pandemi ini akan segera berlalu. Dengan doa dan usaha untuk bersama-sama melawan corona!

sumber : google


Oiya btw, aku mau ngucapin
Selamat menjalankan ibadah puasa hari kedua ya :)
Tetap semangat walau #dirumahaja

Kebumen, 2 Ramadhan 1441 H
Sabtu, 25 April 2020
#CatatanMenujuKemenangan02

[Continue reading...]

April 24, 2020

Memasuki Semester Tua

- 0 komentar

Memasuki semester tua
Semester yang penuh dengan hari-hari berat karena banyak sambat, semester yang membuatku beberapa kali  menyambangi kedai  kopi untuk sekedar menghilangkan penat serta stress yang melanda, semester yang membuatku paham bahwa 'hari hari berat harus dihadapi' maka 'akan ada hari indah yang menghampiri'. Semoga saja

Memasuki semester tua
Dimana tekanan yang berasal dari diri sendiri semakin terasa, bersebab belum bisa menghasilkan sesuatu yang membanggakan. Seperti tertinggal jauh dari kawan-kawan. Mereka sudah berlari, aku masih berdiam diri. Pikiran negatif seringkali mengganggu konsentrasi dan kehidupan sosialku. Minatku pada kesibukan mulai menghilang, semakin malas untuk mengerjakan sesuatu apapun. Bahkan hobi yang dulu aku tekuni pun rasanya malas sekali untuk melakukannya lagi, rasanya hampa, kosong, tidak tau lagi harus berbuat apa.

Memasuki semester tua
Melihat keberhasilan teman-teman seperti melihat ketidakadilan. Andai dulu aku begini-andai dulu aku begitu dan menyalahkan keadaan sudah menjadi asupan sehari-hari. Aku sadar hal itu salah. Tapi, aku manusia, dan kita semua manusia. Berhak untuk menikmati rasa apapun, mau sedih, senang, tangis, bahagia berhak untuk ada di kehidupan ini. Asal jangan terus-terusan dibiarkan dan dilebih-lebihkan, secukupnya saja. Karena sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik bukan?

Memasuki semester tua
Sudah semestinya membangun rencana yang lebih matang lagi untuk kedepan, dalam hal apapun, entah karir, cinta, cita-cita, yang semuanya itu hanya diniatkan untuk dakwah. Aku yakin prosesnya tidak akan berhenti, akan panjang sekali. Karena setiap langkah yang dilalui merupakan bagian dari proses, dan kita akan terus melangkah bersama bukan?

Untuk kembali membangun kepercayaan pada diri memang tidak instan seperti menyeduh kopi goodday di pagi hari, kegagalan di masa lampau menjadi penghambat, luka masa lalu menjadi patokan pikiran buruk di masa sekarang, kenapa jadi seperti ini, kenapa tidak seperti itu. Seringkali tidak sesuai dengan ekspektasi, tidak sesuai harapan yang sudah terlampau tinggi. Tidak bisa dipungkiri memang, karena ini merupakan bagian dari proses. Banyak lika liku yang tidak menyenangkan di fase memasuki umur 20 tahun ini, seperti gila aku dibuatnya. Jika diingat-ingat memang menyakitkan tapi jika diteruskan begini-begini saja mau jadi apa kedepan?

Aku yakin semua orang pasti pernah merasakan di fase terberat, bisa sama seperti yang aku rasakan, atau bahkan lebih berat atau bisa jadi bisa teratasi dengan mudah. Berbeda-beda. Aku percaya bahwa semua yang aku rasakan pasti mengandung hikmah, yang barangkali baru bisa dirasakan ketika nanti. Ketika aku sudah bisa berdamai dengan semua itu. Aku pun yakin bahwa, ujian-ujian semacam itu diberikan kepadaku karena aku kuat untuk memikulnya, aku sanggup melewatinya. Percayalah.

Seorang kawan pernah mengingatkanku untuk menikmati semua ini, mau senang, mau sedih, mau nangis, mau kecewa dengan kenyataan, nikmati, jangan dipendam tapi luapkan. Karena, cuma itu yang bisa bikin hati kita sedikit tenang. Daripada mengeluh terus menerus, lebih baik menikmatinya. Membiarkan hari-hari menyakitkan tetap berjalan agar segera berlalu. Sembari meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja, bahwa bersimpuh pada Yang Maha Kuasa menjadi kunci untuk keluar dari segala kepelikan yang terjadi, karena mau bagaimanapun kekuatan yang membuat kita dapat bertahan sejauh ini berasal dariNya.

Jadii, tunggu apa lagi?
Yok semangat yok
Walaupun masa-masa memasuki semester tua penuh ujian, tapi yakinlah bahwa semua itu mengandung pelajaran


note : #CatatanMenujuKemenangan akan kembali menghiasi blog yang sepi ini~

Kebumen, 2 Ramadhan 1441 H
Jumat, 24 April 2020
#CatatanMenujuKemenangan01


[Continue reading...]
 
Copyright © . Daffa's Journal - Posts · Comments
Daffa Najati -Mahasiswi Ilmu Komunikasi ·